Proses Evolusi dari Tradisi Berburu ke Tradisi Bercocok Tanam
Masa dalam kehidupan
manusia dapat kita bagi dua, yaitu masa prasejarah (masa sebelum manusia
mengenal tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan masa sejarah (masa
manusia telah mengenal tulisan). Data-data tentang masa prasejarah diambil dari
sisa-sisa dan bukti-bukti yang digali dan diinterpretasi. Masa sejarah bermuda
ketika adanya catatan tertulis untuk dijadikan bahan rujukan.
Ada dua produk revolusioner
hasil dari akal manusia dalam zaman prasejarah, yaitu:
a) Penemuan roda untuk transportasi, pada
mulanya roda digunakan hanya untuk mengangkat barang berat di atas sebuah
pohon. Kemudian, roda disambung dengan kereta, lalu berkembang menjadi mobil
seperti saat ini.
b) Bahasa adalah suara yang diterima sebagai
cara untuk menyampaikan pikiran seseorang kepada orang lain. Ketika tanda-tanda
diterima sebagai representasi dan bunyi-bunyi arbitrer yang mewakili ide-ide,
masa prasejarah pun beralih ke masa sejarah tertulis.
Mengenai masa
prasejarah ini, ada dua pendekatan untuk membagi zaman prasejarah, yaitu:
1. Pendekatan berdasarkan hasil teknologi,
terdiri dari zaman batu tua (paleolitikum), zaman batu tengah/madya
(Mesolitikum), dan zaman batu baru (Neolitikum)
2. Pendekatan berdasarkan model social
ekonomi atau mata pencaharian hidup yang terdiri atas:
· Masa berburu dan mengumpulkan
makanan, meliputi masa berburu sederhana (tradisi Paleolit) dan masa berburu
tingkat lanjut (tradisi Epipaleolitik).
· Masa bercocok tanam, meliputi
tradisi Neolitik dan Megalitik.
· Masa kemahiran teknik atau
perundagian, melliputi tradisi semituang besi.
faktor-faktor pendukung perubahan tradisi berburu ke
tradisi bercocok tanam
Masa Berburu
Food Gathering , Pada masyarakat food gathering, mereka sangat
menggantungkan diri pada alam. Dimana daerah yang mereka tempati harus dapat
memberikan persediaan yang cukup untuk kelangsungan hidup
Nomaden, Mereka hidup berpindah-pindah. Tempat tinggal sementara
di gua-gua. Ada pula kelompok yang tinggal di daerah pantai.
Masa Bercocok Tanam
Food producing, Masyarakaat pada masa ini sudah mampu untuk
mengolah makanan sendiri.
Sedenter, Artinya masyarakat pada zaman itu sudah tinggal
menetap pada suatu tempat. merupakan titik awal dan perkembangan kehidupan
manusia untuk mencapai kemajuan. Dengan hidup menetap, akal pikiran manusia
mulai berkembang dan mengerti akan perubahan-perubahan hidup yang terjadi.
karakteristik tradisi berburu dan bercocok tanam
Masa berburu dan mengumpulkan makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, di
Indonesia sudah ada usaha-usaha untuk bertempat tinggal secara tidak tetap di
gua-gua alam, utamanya di gua-gua paying, yang setiap saat mudah untuk
ditinggalkan, jika dianggap sudah tidak memungkinkan lagi tinggal di tempat
itu.
1) Keadaan lingkungan
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
Api sudah dikenal sejak sebelumnya, karena sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan hidup, seperti untuk memasak makanan, sebagai penghangat tubuh, dan untuk menghalau binatang buas pada malam hari.
2) Keberadaan manusia
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
Ada dua ras yang mendiami Indonesia pada permulaan Kala Holosin, yaitu Austromelanesoid dan Mongoloid. Mereka berburu kerbau, rusa, gajah, dan badak, untuk dimakan.
3) Teknologi
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Fos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera
Ada tiga tradisi pokok pembuatan alat-alat pada masa Fos Plestosin, yaitu tradisi serpih bilah, tradisi alat tulang, dan tradisi kapak genggam Sumatera
4) Masyarakat
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atap gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dat sebagainya.
Manusia yang hidup pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut, mendiami gua-gua terbuka atap gua-gua payung yang dekat dengan sumber air atau sungai sebagai sumber makanan, berupa ikan, kerang, siput, dat sebagainya.
Masa bercocok tanam dan berternak
Sistem bercocok tanam atau dikenal dengan sistem persawahan
dapat menggunakan lahan yang terbatas dan kesuburan tanahnya dapat dijaga
melalui pengolahan tanah, irigasi dan pemupukan. Hal ini mengakibatkan
masyarakat tidak lagi berpindah-pindah temapt dan selalu berusaha untuk
menghasilkan makanan atau dikenal dengan istilah Food Producing.
Kemampuan Food Producing membawa perubahan yang besar, dalam
arti membawa akibat yang mendalam dan meluas bagi seluruh kehidupan masyarakat
pada masa tersebut, karena masyarakat yang sudah menetap maka akan tercipta
kehidupan yang teratur.
Dengan kehidupan masyarakat yang teratur berarti kehidupan
masyarakatnya terorganisir dengan rapi dan bahkan membentuk semacam desa, dan
masyarakat tersebut sudah memilih pemimpinya (kepala suku) dengan cara
musyawarah sesuai dengan prinsip primus inter pares.
Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada masa bercocok tanam
dapat dilihat dari alat-alat kehidupannya yang dibuat oleh masyarakat tersebut,
dimana alat-alat kehidupannya sudah dibuat halus/diasah, sempurna serta
mempunyai nilai seni bahkan fungsi beraneka ragam.
Alat-alat kehidupan yang dibuat pada masa ini ada yang digunakan
sebagai alat upacara (keagamaan) yang didasarkan atas kepercayaan yang
berkembang pada masa ini yaitu Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah
kepercayaan terhadap roh dan Dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda
yang memiliki kekuatan gaib.
Dasar dari kepercayaan aninisme dan dinamisme terlihat adanya
tradisi Megalith.
Tradisi Megalithikum muncul pada masa Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman perundagian, dan ditandai adanya bangunan-bangunan besar untuk pemujaan.
Tradisi Megalithikum muncul pada masa Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman perundagian, dan ditandai adanya bangunan-bangunan besar untuk pemujaan.
Komentar
Posting Komentar