Materi Bahasa Indonesia; Pelaporan Berita Secara Lisan



   Pelaporan berita secara lisan adalah menyampaikan berita dengan cara membacakan naskah berita. Naskah berita yang disampaikan melalui media cetak berbeda dengan naskah berita untuk dibacakan di media elektronik — televisi dan radio — berupa kalimat tidak langsung dan lebih pendek karena terbatasnya durasi yang disediakan.

  Teknik membaca berita, yaitu teknik membaca nyaring artinya seseorang mengeluarkan suara untuk menyampaikan isi berita agar di dengar oleh orang lain. Membaca nyaring tidak sekadar keluar suara, tetapi harus memerhatikan pelafalan (artikulasi), intonasi, penjedaan, dan volume suara. Langkah-langkah pembacaan berita dijelaskan sebagai berikut.


a. Sebelum Membaca Naskah Berita


1. Persiapkan Faktor-Faktor Pendukung
Misalnya: pakaian atau busana yang akan dikenakan saat pembacaan berita khusus untuk pembaca berita televisi (tidak termasuk pembaca berita radio), gunakan alat pengeras suara seperti microphone atau clip on, dan lain-lain.

2. Memahami Isi Naskah Berita

Sebelum membacakan berita, seorang pembaca berita terlebih dahulu memahami isi naskah berita dengan baik dan komprehensif.

b. Saat Pembacaan Naskah Berita


1. Teknik Membaca Nyaring
Membaca naskah berita dengan teknik membaca nyaring dengan memerhatikan:
• Artikulasi (pelafalan) jelas. Artikulasi adalah perubahan rongga dan ruang dalam saluran udara untuk menghasilkan bunyi bahasa. Dalam pembacaan berita artikulasi harus jelas agar informasi yang disampaikan terdengar pula dengan jelas. Misalnya: pengucapan bahasa asing.
• Intonasi tepat. Intonasi adalah hal yang berhubungan dengan naik turunnya suara. Intonasi harus tepat sesuai dengan jenis kalimat yang disampaikan. Misalnya: kalimat perintah (imperatif ) berintonasi naik pada seluruh bagian kalimat, kalimat tanya (interogatif ) menggunakan intonasi naik pada akhir kalimat, dan kalimat perintah diucapkan dengan intonasi menurun di akhir kalimat.
• Penjedaan teratur. Penjedaan adalah kegiatan berhenti sejenak untuk mengatur nafas. Pembaca berita haruslah mengatur jeda karena tidak bisa dilakukan di sembarang tempat. Ada bagian tertentu dalam kalimat yang tidak boleh dilakukan penjedaan.
• Pengucapan jelas. Kejelasan pengucapan berkaitan dengan volume suara dan kecepatan membaca. Volume suara pembaca berita harus nyaring, tidak pelan atau seperti orang berbisik, mulai dari awal sampai akhir berita. Kecepatan membaca juga jangan terlalu cepat atau terlalu lambat.
• Penekanan (Aksentuasi). Aksentuasi adalah perbedaan volume dan kecepatan membaca pada bagian yang penting. Hal itu, dapat membantu pendengar mengenai hal penting dalam berita.

2. Sikap tubuh (Gestur)

   Pembaca berita harus mengambil posisi yang nyaman, bisa duduk atau berdiri, cukup tegap, tidak membungkuk, tidak juga terlalu menengadah, dan pandangan mata ke depan. Dengan gestur tersebut, pembaca berita akan menarik perhatian pendengar. Sikap tubuh yang kaku dapat membuat pendengar menjadi bosan, sedangkan terlalu santai dapat menimbukan kesan yang negatif.

3. Komunikatif dan Ekspresif

   Pembaca berita harus selalu menjalin hubungan akrab dengan pendengar. Pendengar berkedudukan pasif hanya mendapatkan informasi dan tidak bisa memberikan tanggapan apa pun. Agar pendengar memerhatikan pembaca berita maka pembaca berita harus komunikatif melalui tatapan mata dan ekspresif dengan memberikan senyuman kepada pendengar.

c. Setelah Pembacaan Berita


Sebaiknya pembaca berita melakukan evaluasi hasil pembacaan berita berdasarkan langkah satu dan dua untuk pengembangan diri menjadi lebih baik lagi.

Komentar